NGANJUK – Ratusan petani tebu Nganjuk berkumpul di lapangan Klinter, Nglawak Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, Jumat (12/1/2024). Bukan untuk panen tebu bersama, mereka berduyun-duyun ke lokasi itu untuk menyambut kedatangan Capres 2024 nomor urut 3, Ganjar Pranowo.
Ganjar yang hari ini berkunjung ke Jatim menyempatkan datang menemui para petani tebu di Nganjuk. Selain untuk silaturahmi, Ganjar juga ingin belanja masalah dan mendengarkan curhatan langsung dari para petani tebu.
Ganjar tiba di lokasi yang juga dekat dengan perkebunan tebu itu sekitar pulul 10.30 WIB. Ia langsung disambut antusias para petani. Ganjar kemudian diajak ke dalam perkebunan dan melakukan pemupukan tebu bersama petani di sana.
Kedatangan Ganjar itu tak disia-siakan para petani tebu. Ibarat panas setahun ketimpa hujan sehari, mereka memanfaatkan moment langka itu dan saling berebut wadul ke Ganjar terkait masalah yang banyak dialami para petani.
“Pak, tolong soal pupuk pak. Sulit sekali mendapatkan pupuk. Sekarang panen kita kurang bagus karena pupuknya memang tidak cukup,” kata Sukamto (45), salah satu petani.
Selain soal pupuk, Sukamto juga mengeluhkan terkait bibit unggul yang saat ini sudah tidak ada. Bibit tebu saat ini hanya bisa dipanen dua atau tiga kali, padahal dulu ia mengatakan panen bisa sampai 12 kali.
“Satu lagi pak, kami selama ini lebih memilih jual tebu di pabrik gula swasta. Karena lebih mudah dan harganya lebih baik. Di pabrik tebu milik negara itu sulit pak, selain itu banyak ‘tikusnya’. Tikus berdasi pak,” tegas M Yahya, ketua asosiasi petani tebu rakyat.
Yahya juga mendesak Ganjar jika ia menjadi presiden untuk menghitung betul kebutuhan gula tanah air dan stok yang ada dari petani. Sebab saat ini, dalih kebutuhan kekurangan stok gula, impor dilakukan besar-besaran sehingga harga tebu rakyat turun drastis.
Ganjar dengan cermat mendengar satu persatu keluhan petani tebu itu. Ia mengatakan, harus ada perbaikan baik soal regulasi maupun penegakan hukum untuk mengatasi problem petani.
“Petani tebu itu jadi salah satu perhatian kami. Banyak problem yang mesti diatasi, mulai benih, pupuk, pabrik gulanya, permodalan dan lainnya. Kami catat satu persatu dan ke depan akan kami jadikan kebijakan sesuai apa yang mereka keluhkan,” ucapnya.
Selain itu lanjut dia, yang menjadi perhatian adalah kritik petani tebu pada pabrik gula milik negara. Selain teknologi kalah dengan swasta, para petani menyebut banyak praktik korupsi yang ada di sana.
“Mereka menyebutnya tikus ndase ireng. Lagi-lagi soal korupsi, tidak transparan dan pelayanan buruk masih terjadi. Ini jadi perhatian kami untuk kita selesaikan. Sikat korupsi,” pungkasnya.